Suatu
hari dosen saya menanyakan sebuah pertanyaan yang menarik, "Sudahkah kamu menjadi manusia yang berkarakter?"
Pertanyaan yang cukup menggelitik di telinga. Secara tak langsung membuat kita
berpikir ulang mengenai karakter kita, ini bukan hanya sekedar sikap dan
perilaku kita. Tapi yang dimaksud karakter ini juga termasuk pikiran, perasaan
dan moral kita sebagai manusia.
Lalu
sudahkah kita berkarakter? Karakter itu sendiri tidak lahir begitu saja. Untuk
membangun suatu karakter, seseorang melewati banyak tahapan. Dimulai dari
pembentukan karakter oleh orang tua, sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan
masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa karakter itu lahir karena adanya
orang-orang disekitar kita.
Apabila
lingkungan itu banyak yang melalukan keburukan, maka karakter yang akan
terbangun pada seseorang juga akan buruk. Orang tersebut secara tidak langsung
akan memiliki cara pandang yang sama seperti lingkungan di sekelilingnya. Untuk
mengubahnya bukan hal yang mustahil, tapi tidak bisa juga dibilang mudah.
Mengubah karakter seseorang yang awalnya buruk menjadi karakter yang baik
sangat butuh keinginan kuat dari orang tersebut. Adanya perasaan intimidasi,
terkucilkan dan perasaan berbeda dari masyarakat dapat membuat seseorang
menyerah untuk memperbaiki karakternya.
Pentingkah pendidikan karakter?
Pendidikan
karakter atau character education sudah mulai banyak dilirik oleh pihak-pihak
yang mementingkan SDM yang berkarakter dan kualitas bukan hanya SDM berkualitas. Kualitas SDM
banyak dilihat dari prestasi yang SDM itu miliki, tapi SDM yang berkarakter
sangat sulit dilihat kecuali melalui kinerja yang dilakukannya. SDM yang
berkarakter akan melakukan pekerjaannya dengan sangat baik melebihi SDM yang
memiliki karakter yang kurang.
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan
menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan
yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan
mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula
bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata
karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi
karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat
disebut dengan kebiasaan.
Untuk
membangun karakter yang baik ada 3 tahapan yang harus dilakukan, pertama kita
harus memiliki moral knowledge.
Pengetahuan akan pentingnya moral harus kita miliki. Lalu setelah kita
mengetahuinya kita harus bisa memiliki moral feeling – mampu merasakan apa yang
terjadi disekitar kita (empati). Terakhir adalah moral action – bukan hanya
sekedar tahu dan merasakan tapi kita juga bisa mempraktekkannya.
Apabila
ketiga hal tadi bisa kita lakukan dan membiasakannya maka kita akan mampu
mengubah karakter buruk kita menjadi karakter yang baik. Tapi seperti di awal
tadi saya ungkapkan, hal ini butuh niat yang kuat dari pelaku. Saya rasa sekian
dulu penjabaran dari saya. So, sudah berkarakterkah kamu? ^^
Depok,
Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar